Friday, August 19, 2016

AWAS HIV

AWAS HIV

BANJARBARU - Kondisi kompleks Pembatuan saat ini benar-benar menjadi permasalahan pelik bagi para Pekerja Seks Komersial (PSK). Sepinya pelanggan membuat mereka kesulitan mendapatkan uang. Alhasil, mereka kemudian mencari pinjaman ke koperasi atau rentenir supaya tetap dapat menghidupi keluarganya.
Namun, sayangnya koperasi mulai pikir-pikir untuk terus memberikan utang kepada para PSK. Sebab, beberapa PSK sudah tidak bisa membayar angsuran sesuai jadwal. "Banyak yang menunggak di sana, dengan alasan tidak punya uang," kata salah satu penagih uang koperasi, Joni.
Ia menuturkan, saat ini seluruh koperasi tidak ingin lagi mencari nasabah di Pembatuan karena takut tidak dibayar sampai lunas. Apalagi dengan adanya kabar akan ditutupnya lokalisasi tersebut, membuat para rentenir berpikir dua kali untuk memberi utang ke PSK. "Kalau Pembatuan ditutup, pasti mereka akan pindah. Lalu ke mana kami akan menagih utang mereka," ujarnya.
Joni mengakui, sejak Pembatuan sepi didatangi pria hidung belang. Para PSK mulai banyak yang berhutang ke rentenir. "Banyak nasabah di sana, tapi kami yang pikir-pikir untuk memberi pinjaman," katanya.
Sementara itu, salah satu warga Pembatuan Anto membenarkan jika para PSK saat ini mulai banyak yang terlilit utang. "Mbak-mbak (PSK) banyak curhat Mas, banyak utang tapi sulit bayar karena sepi tamu," tuturnya.
Ia menambahkan, PSK banyak yang menunggak angsuran koperasi hingga berminggu-minggu. "Di sini banyak yang berhutang dengan angsuran per minggu. Tapi kebanyakan PSK baru bisa bayar setelah dua minggu. Itupun dia bayar mungkin karena berhutang di koperasi lain," tambahnya.
Perihnya hidup di Pembatuan sebelumnya diungkapkan oleh salah satu PSK, Melati (bukan nama sebenarnya). Ia menuturkan, mencari tamu saat ini sangat sulit. Makin menyakitkan dengan tagihan bank titil (pinjaman koperasi yang dibayar harian, red) serta cicilan lain termasuk ongkos anak sekolah. “Nah, kalau seminggu cuma dapat satu orang tamu, kemana aku harus mencari duit,” ujarnya.
Ia mengaku jengkel dengan usaha penutupan Pembatuan, sembari menyindir tentang maraknya warung-warung mesum yang mulai tumbuh subur di pinggiran Banjarbaru. Apalagi bila melihat prostitusi yang marak di hotel-hotel dengan kedok menginap namun intinya menjajakan diri. “Kami lebih aman, setiap bulan diperiksa. Tidak benar ada yang mengidap HIV AIDS, itu data dari mana, sumbernya dari mana juga? Kalau tidak ada ribut-ribut begini, besok (hari ini, red) petugas kesehatan datang lagi tapi dibatalkan,” katanya.
Mereka tidak takut dengan isu penutupan. Sebab, yang ia tempati merupakan rumah pribadi bukan aset milik pemerintah. "Intinya, pemerintah tidak punya hak menutup rumah yang kami tempati. Apalagi, tidak ada solusi yang ditawarkan sebagai gantinya," pungkas Melati. (ris/by/ran) photo rekayasa

0 comments:

Post a Comment

www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net