Senin, 14 November 2016 01:50
Sekali Pukul, Teroris Tumbang
Jadi Pahlawan, Aksi Heroik Pedagang
Tweet
SAMARINDA. Kepulan asap hitam disertai teriakan histeris puluhan jemaat Gereja Oikumene usai ledakan bom terjadi, menggerak hati Samuel Tulung. Dia merupakan pedagang yang kebetulan melintas di tempat kejadian perkara (TKP).
Meski hanya seorang pedagang sembako kecil-kecilan, pria 50 tahun itu tergolong bernyali besar. Dia nekat turut mengejar pelaku pengeboman dengan menggunakan mobilnya.
Sekitar 100 meter dari lokasi pengeboman, warga Loa Janan itu terpaksa menghentikan laju mobilnya. Ia lanjut mengejar dengan berlari meninggalkan mobil dan juga anaknya yang di mobil. "Saya kejar ke arah sungai," kata Samuel.
Keinginan Samuel agar dapat meringkus teroris yang telah melukai empat bocah di areal gereja patut diacungi jempol. Ketika melihat teroris yang ia kejar terjun ke sungai, Samuel sibuk "melobi" warga pemilik perahu.
"Saya lihat ada perahu. Saya tanya punya siapa ini. Lalu ada warga yang mengaku sebagai pemiliknya. Kemudian saya ajak mengejar tetapi dia tak mau karena takut," tutur Samuel.
Samuel tak ingin buruannya kabur terlalu jauh. Ia terus mendesak pemilik perahu hingga akhirnya mau membantu untuk ikut mengejar.
"Waktu saya dan pemilik perahu mengejar, saya minta agar pemilik kapal pasir memperlambat laju kapalnya supaya teroris itu tersudut ke kapal," ujar Samuel.
Disaat teroris yang telah basah kuyup itu tersudut, Samuel bergegas menangkapnya. Namun Teroris itu tahu dan coba menarik kaki Samuel.
"Langsung saya pukul satu kali di wajahnya dan dia pun lemas. Setelah itu kami angkat beramai-ramai ke kapal pasir lalu kami ikat dan bawa ke dermaga Sumalindo," ucap Samuel.
Pukulan Samuel benar-benar membuat teroris tumbang. Bahkan pukulan itu juga membuat wajah teroris berlumur darah.
"Banyak warga yang mau memukuli, tapi saya larang karena kita perlu tahu siapa saja jaringannya," tutur Samuel lagi.
Samuel menyebutkan, ketika membawa teroris ke dermaga Sumalindo dan sebelum diserahkan kepada polisi. Warga sempat menggeledah kantong celananya dan menemukan dua korek gas.
"Tapi bentuknya tidak umum. Selain itu ada juga plastik hitam ditemukan yang didalamnya terdapat potongan kayu, mungkin itu jimat. Saya tidak lihat ada dompetnya," pungkasnya.
Warga Dihantui Ketakutan
PENGAJIAN tertutup di Masjid Mujahidin di RT 04, Kelurahan Sengkotek, Loa Janan Ilir sebenarnya sudah berlangsung cukup lama. Jemaahnya justru terdiri dari warga yang tinggal di luar kawasan tersebut. Sifat pengajian yang tertutup lantaran tidak menggunakan pengeras suara dan hanya kelompok mereka saja yang menjadi jemaah makanya sempat membuat warga setempat curiga.
“Ya sebenarnya sempat curiga. Karena kalau mereka buat pengajian, sifatnya selalu tertutup,” kata salah seorang warga yang namanya enggan dikorankan.
Menurutnya, kelompok ini melaksanakan pengajian rutin setiap Minggu malam. Dari segi penampilan, dia menyebut penampilan mereka tak seperti umat muslim pribumi pada umumnya. para jemaah wanita, sebagian besar menggunakan cadar. “Kalau laki-lakinya ya pakai celana panjang cingkrang dan berjenggot,” urainya.
Dari segi sikap, dia menyebut bahwa jemaah yang tergabung dalam pengajian itu cenderung tertutup dan skeptis terhadap orang yang baru mereka kenal. Menurutnya, mereka pun tidak banyak bicara kepada warga di sekitar lingkungan itu.“Makanya warga di sini jarang ada yang sembahyang di masjid itu. Kebanyakan, termasuk saya sendiri, memilih Masjid Jami’ untuk salat berjamaah,” paparnya.
Apa yang diungkapkan pria itu terbukti. Beberapa jam sebelum kamar Jo digrebek Unit Gegana, beberapa jamaah keluar masuk dari masjid itu. Dari wanita bercadar, hingga pria berjenggot panjang. Mereka pun terkesan apatis dengan warga di sekitar rumah ibadah berkeliar putih itu.
Mereka pun terlihat memandang curiga dengan awak media ini saat m
0 comments:
Post a Comment